Profil petani masa depan


Di sebuah desa di Jawa Barat dengan mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani, dinamika aktifitasnya sudah dimulai sebelum matahari terbit. Pak Jajang demikian biasa dipanggil, adalah salah seorang dari petani di desa itu. Sehabis sholat subuh di mesjid, Pak Jajang sudah mulai menyiapkan kelengkapan-kelengkapan untuk dibawa ke sawah. Sebelum mulai beraktifitas, Pak Jajang menyempatkan untuk membaca buku-buku terutama terkait dengan pertanian. Buku Budidaya Tanaman Palawija, Buku Teknik Hidroponik, Buku Pengaturan Hama Yang Efektif tampak bertebaran di meja makannya dalam ruangan yang sederhana. Sebagai seorang ketua kelompok tani Pak Jajang merasa memiliki kewajiban untuk terus mengupdate ilmunya termasuk ilmu pertanian. Buku-buku pertanian yang Pak Jajang dapatkan selain dari membeli juga hasil pinjaman dari penyuluh pertanian yang bertugas di desanya. Dan tak lupa juga sambil menikmati secangkir kopi dan sarapan yang disediakan istrinya, Pak Jajang menghidupkan komputer ….untuk mengecek e-mail (canggih juga ya bapak kita yang satu ini).

Kebetulan Pak Jajang memiliki putra yang telah duduk di bangku kuliah jurusan Bio Teknologi Makanan. Dengan bantuan keilmuan putranya Pak Jajang memiliki keterampilan untuk mengoperasikan komputer dan internet. Saat itu pemerintah daerah sedang gencar untuk membangun dan memfasilitasi infrastruktur teknologi informasi yang murah serta dapat menjangkau pelosok. Dengan bermodalkan sebuah PC yang murah meriah hasil rakitan lokal serta daftar di sebuah ISP lokal Pak Jajang dapat memiliki akses internet dengan harga terjangkau. Akses internet digunakan Pak Jajang untuk mendapatkan informasi harga pupuk, harga komoditas pertanian, teknologi pertanian terkini sampai perkiraan cuaca.

Tak lupa dari hasil tutorial internet dengan putranya, Pak Jajang mengikuti mailing list para petani dan penyuluh pertanian sehingga permasalahan dan informasi dapat langsung didiskusikan secara “virtual”. Pada akhirnya informasi dan keilmuan yang diperoleh Pak Jajang “ditularkan” kepada rekan-rekan petani dalam kelompok tani yang dibentuk.

Saat matahari sudah mulai agak tinggi Pak Jajang pamitan kepada istrinya untuk berangkat ke sawah. Jarak dari rumah Pak Jajang ke sawah tidak begitu jauh. Dengan berjalan kaki Pak Jajang menuju sawah yang masih terletak didaerah kaki Gunung Gede. Diperjalanan menuju sawah, Pak Jajang menyempatkan diri mampir sebentar ke rumah Pak Soleh, Penyuluh Pertanian Lapangan yang energik. Diskusi dan konsultasi pun berlangsung dengan “sersan” antara Pak Jajang dan Pak Soleh. Pak Soleh memberikan tips-tips penanganan hama dengan menggunakan bahan-bahan organik alami. Ternyata dengan harga yang lebih murah, penanganan hama akan lebih aman dan ramah lingkungan. Selanjutnya Pak Soleh dan Pak Jajang berangkat bersama ke Sawah.

Di Sawah Pak Jajang langsung memulai pekerjaan hari itu, dimulai dengan mengecek saluran air untuk irigasi, memantau tanaman jika terkena penyakit tak lupa memperbaiki pematang sawah yang agak rusak. Pak Soleh sang PPL (penyuluh pertanian lapangan) setelah ikut melihat-lihat kondisi sawah Pak Jajang selanjutnya memantau juga sawah sekitar dan menyempatkan berdiskusi dengan para petani yang ada didaerah pesawahan itu. Jadwal Pak Soleh pagi itu adalah turun ke lapangan, dengan pembawaan yang energik serta kemampuan untuk berkomunikasi membahasakan hal-hal teknis tentang pertanian dengan bahasa awam, menjadikan Pak Soleh tempat untuk berkonsultasi yang “nyaman” bagi para petani didesa itu. Sebuah Smart Phone tipe lama, terlihat selalu dikantongi oleh Pak Soleh…tentunya bukan untuk gaya-gayaan didepan para petani. Smart Phone dengan OS Symbian tersebut berfungsi eBook reader. Pak Soleh selalu mengisi smart phone jadulnya dengan tulisan ataupun literatur pertanian, sehingga smart phonenya berfungsi sebagai penyimpan data-data. Sangat berguna bagi Pak Soleh saat memberikan penyuluhan,dapat memberikan data-data teknis mengenai takaran pupuk atau pestisida secara cepat dan tepat. Pak Soleh adalah contoh seorang abdi masyarakat dibidang pertanian yang cukup visioner. Teknologi-teknologi pertanian yang tepat guna senantiasa dicoba diaplikasikan di daerahnya. Mulai dari terobosan mencoba menanam tanaman organik, aplikasi bahan organik alami sebagai pestisida, pemanfaatan bakteri probiotik untuk mengahasilkan pupuk alam yang baik.

Di desa itu telah dibangun juga unit bantuan pertanian yang disponsori pemerintah daerah Jawa Barat bekerjasama dengan para distributor agro industri. Bantuan yang diberikan terutama bantuan bibit unggul, penyuluhan, peralatan pertanian serta bantuan distribusi hasil pertanian untuk mendapatkan nilai jual yang lebih. Bahkan unit bantuan tersebut sedang mempelopori pembuatan produk jadi berbahan pertanian sehingga bias memberikan nilai tambah kepada petani. Mulai dirintis pembuatan keripik pisang, manisan buah, asinan sayur. Disamping memberikan nilai tambah ekonomis terhadap produk pertanian, juga dapat menyerap tenaga kerja disekitar daerah pedesaan.

Selepas Ashar Pak Jajang dan rekan-rekan petani yang lainnya kembali pulang ke rumah masing-masing. Selepas Magrib sampai sehabis Isya aktifitas Pak Jajang banyak dihabiskan dimesjid, sebagai Ketua DKM mesjid desa dibantu Pak Soleh sebagai pengisi forum silaturahmi dan kajian di mesjid. Tema yang sering diangkat adalah materi-materi ruhani yang membimbing terhadap ahlakul karimah, perilaku yang baik, jujur dan berintegrasi. Alhasil para petani yang senantiasa aktif juga dalam lingkungan pengajian tersebut memiliki kredibilitas serta kejujuran dan semangat kerja keras. Kerja keras untuk meraih kemuliaan didunia dan diakhirat.

5 thoughts on “Profil petani masa depan

  1. smartphone jadul, e-book, bikin mailing list dengan para pak tani, hidupkan lagi klompencapir di kampung……. hehehehe……..gak salah lagi Pak Jajang itu pasti dirimu kalo dah pensiun.

    Nippon-san habis pensiun mo pindah ke kampung trus jadi Pak Lurah merangkap ajengan di Cianjur! Ayo ngaku!

    Top dah Nippon-san! ^_^

  2. ha-ha 😀

    ehm boleh juga mas idenya jadi petani yang canggih kalo kita pensiun nanti, tapi klo jadi pak lurah kayaknya pikir-pikir dulu….gak mudah untuk jadi pemimpin yang amanah,

    jadi Ajengan wah …no comment 🙂

    narasi penulisannya saya terinspirasi oleh tulisan mas Shinichi …sampeyan gak keberatan khan jadi studi bandingku ….Gracias

  3. om Wagiyo…, udah sana pulang aja ngurusin sawah di Sleman jangan mo kalah ama petani keren asal Cianjur, biar kita bisa ekspor beras lagi 🙂

Leave a comment